Rabu, 19 Juni 2013 | By: Unknown

Asuransi Bagi si Single, Perlukah?



Di era modern yang ditandai dengan derasnya arus informasi dan globalisasi saat ini, dimana orang–orang cenderung menunda untuk berkomitmen membina hubungan pernikahan, disekitar kita akan mudah ditemui orang-orang yang memiliki status 'single'. Atau bahkan mungkin kita sendiri yang menyandang status tersebut.

Entah itu single karena memang baru lulus kuliah dan belum menikah, single karena memang belum menemukan jodohnya meskipun sudah cukup berumur, ataupun juga single karena pasangan yang dinikahinya meninggal, ataupun berpisah dengan pasangannya. Namun dibalik semua latar belakang status single tersebut, pertanyaan yang seringkali menggelitik adalah "perlukah seorang dengan status single memiliki asuransi?".

Bagi seorang single yang merupakan orang dewasa muda yang baru saja menyelesaikan studinya, hal pertama yang akan dilakukannya adalah mencari pekerjaan yang dirasa layak dan cocok dengan dasar ilmu dan ketrampilannya. Begitu mendapat pekerjaan yang diinginkan, orang tersebut akan bekerja dengan giat dengan harapan bisa segera memiliki kehidupan yang lebih mapan, sambil sebisa mungkin menyisihkan sebagian penghasilan yang ia dapatkan untuk ditabung.

Kenapa ditabung? Alasannya bermacam-macam. Ada yang menabung agar bisa bepergian ke tempat-tempat yang ia senangi, bisa segera membeli rumah dan tinggal terpisah dari orangtuanya, ada yang ingin bisa segera membeli mobil, ataupun menabung agar bisa segera menikah dengan pujaan hatinya, seperti yang dilakukan oleh sebagian besar orang. Perlukah si single ini memiliki asuransi?

Pada masa ini, si single cenderung belum memiliki pengeluaran yang cukup besar. Ia hanya bertanggung jawab untuk menghidupi diri sendiri, dengan asumsi ia tidak menanggung hidup orang lain lagi seperti adiknya yang masih sekolah misalnya. Bila yang ia tuju adalah jenjang pernikahan misalnya, si single harus menabung jumlah yang cukup besar agar bisa mengadakan pesta pernikahan yang layak.

Pada fase ini tawaran asuransi berbasis investasi unit link bisa ia kesampingkan, karena bila ingin menabung dengan dana yang tidak terlalu besar ada instrumen lain yang bisa ia ikuti seperti reksadana ataupun dengan membeli emas. Namun perlu diingat, dalam perjalanannya menabung itu bukan berarti ia menjadi manusia super. Tetap saja si single tidak pernah bisa terbebas dari kejadian tidak enak seperti terkena penyakit kritis ataupun kecelakaan yang mengakibatkan bisa jadi tidak hanya uang yang ia tabung jadi berhenti, tapi bisa jadi yang sudah ia tabung selama ini harus habis untuk membayar kejadian yang menimpanya, dan pada akhirnya impiannya untuk segera bersanding di pelaminan jadi buyar.

Jadi bagi para lajang yang merupakan kaum dewasa muda, bila Anda merasa asuransi unit link kurang nendang dalam hal memberikan imbal hasil, Anda bisa menggunakan cara lainnya. Tapi pastikan impian-impian seperti menikah dan memiliki rumah sendiri tidak pupus. Caranya adalah dengan membeli asuransi jiwa berjangka yang dapat diperbaharui apabila sudah jatuh tempo.

Ada lagi orang-orang yang bahkan mungkin sudah memasuki usia senja namun tetap berstatus single. Entah itu memang belum menemukan tambatan hati yang cocok, atau memang memutuskan untuk tidak menikah. Pada kondisi seperti ini, orang tersebut biasanya sudah tidak memiliki hasrat yang terlalu kuat untuk mengejar hal-hal yang bersifat duniawi ataupun kebendaan.

Hal ini karena pada usia mereka, secara ekonomi orang-orang ini sudah berada dalam posisi yang relatif mapan. Mereka sudah memiliki rumah, ataupun bila belum maka tidak akan terlalu ngotot untuk bisa memiliki rumah dan lebih menikmati tinggal di rumah kontrakan atau di kos-kosan. Tidak ada rencana untuk menikah, dan bila mereka meninggal pun tidak ada anak atau pasangan yang akan diwarisi harta kekayaannya, karena memang mereka tidak menikah. Tabungan yang ada sebatas untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, serta untuk bepergian ke tempat yang mereka sukai. Jadi masih perlukah mereka memiliki asuransi?

Sama halnya dengan para single yang berusia muda, single di usia senja pun tidak akan pernah kebal dari hal-hal yang tidak mengenakkan seperti penyakit kritis ataupun kecelakaan, dan mereka tidak akan pernah tahu bila akan terkena hal tersebut. Penyakit kritis seperti kanker terkenal sebagai bukan hanya penyakit yang membawa kematian, tapi juga membuat kanker alias kantong kering alias bokek bagi penderitanya. Begitu pula kecelakaan, kita tidak akan pernah tahu kapan dan dimana akan terjadi pada kita.

Jadi, daripada uang yang ditabung habis untuk membiayai pengobatan kita, lebih baik perusahaan asuransi saja yang membayarkan biaya pengobatan tersebut, sehingga uang tabungan kita tetap bisa digunakan untuk jalan-jalan ataupun menikmati hal lain di masa tua. Asuransi whole life baik yang bersifat tradisional maupun berbasis investasi unit link dapat dijadikan pilihan dalam hal ini. Terlebih lagi bagi beberapa suku yang ada di Indonesia, di mana upacara penguburan jenazah memakan biaya yang sangat besar, uang pertanggungan dari asuransi dapat dimanfaatkan untuk mengurangi besarnya biaya yang harus dikeluarkan.

Memang si single tidak perlu mewariskan hartanya ke pasangan ataupun anaknya karena memang ia tidak memiliki ahli waris langsung, namun paling tidak ia bisa membantu meringkankan biaya yang dikeluarkan oleh orang lain yang mengurus pemakaman jenazahnya.

Kemudian status single yang terakhir adalah single yang diakibatkan oleh meninggalnya sang pasangan ataupun karena bercerai. Pada kondisi ini keadaan akan menjadi lebih rumit apabila kemudian si single ini memiliki anak yang ikut dengannya dari hasil perkawinannya tersebut, yang biasa disebut dengan single parent. Pada kondisi ini si single harus memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, plus dia harus memenuhi kebutuhan anak-anaknya, mulai dari kebutuhan makanan sampai pendidikannya. Apakah single seperti ini memerlukan asuransi?

Bila menyimak uraian diatas, secara sederhana apabila seorang single tanpa tanggungan anak saja tetap memerlukan asuransi, apalagi untuk seorang single dengan tanggungan anak. Selain harus bisa memenuhi kebutuhan dirinya bila terjadi hal yang tidak mengenakkan pada dirinya, si single ini pun harus memikirkan kelangsungan hidup anak yang ditanggungnya apabila ia sebagai seorang pencari nafkah utama tidak bisa menjalankan tugas dan kewajibannya.

Karena meskipun ia sudah tidak mampu lagi mencari nafkah, anak-anaknya tetap harus makan dan bersekolah. Maka asuransi sangat diperlukan bagi single pada kondisi ini. Selain sebagai proteksi finansial bagi dirinya sendiri, ia harus memastikan bahwa anak-anaknya tidak terlantar meskipun ia tidak ada sekalipun. Produk asuransi dengan basis investasi unit link maupun yang tradisional bisa menjadi pilihan dalam hal ini, tergantung dari keinginan dan kebutuhan kita masing-masing.

Jadi pada hakikatnya asuransi itu dibutuhkan tidak hanya oleh orang yang sudah berkeluarga saja, tetapi dibutuhkan juga orang yang menyandang status single. Karena kita tidak akan pernah bisa menghindar dari yang namanya sakit kritis, kecelakaan, menderita cacat, meninggal ataupun menjadi tua. Kita pun tidak pernah tahu kapan hal-hal tidak mengenakkan tersebut menyapa kita, sehingga kita harus memproteksinya dengan asuransi.

Melayani dengan tulus,


PT.Allianz Life Indonesia
Suwan Jaya Sujanto
HP: 081260580072
Pin BB: 26BFB9A2

0 komentar:

Posting Komentar